Rabu, 06 Mei 2009

autobiografi

PART 1 {Introducing}

AEP Hermawan adalah seorang Indonesia yang lahir pada 20 Juli 1991 di Bandung, Jawa Barat. Dibesarkan di kawasan sekitar Ciwidey-Pasir Jambu, tepatanya di Kampung Sukagalih. aEp adalah anak kedua dari dua bersaudara {Hendra Gunawan dan aEp Hermawan}. Hendra adalah saudara kandung aEp yang lahir dari ayah yang bernama Entuy Soetardi, yang lahir pada __ 1943 di Bandung, Jawa Barat. Ayah aEp berprofesi sebagai wirausahawan dalam bidang perdagangan dan agraris. Sedang ibu dari aEp bernama Uun, lahir pada __ di Bandung, Jawa Barat, sebagai ibu rumah tangga sekaligus wirausahawan.

aEp dibesarkan dari sebuah keluarga yang sederhana. aEp dari kecil biasa dipanggil Enjah. Dengan latar belakang keluarga dari desa, menjadikan aEp kecil yang lugu terus tumbuh dari lingkungan yang sederhana pula.

Menjelang usia berkembang, aEp kecil memulai untuk merasakan pendidikan sekolah yaitu pada masa TK {Taman Kanak-kanak} yang tepatnya di sebuah TK yang bernama TK Al-mustaqim, sebuah TK yang beralamat di Sukarasa, Pasir Jambu, pada tahun 1997-1998.
Setelah merasakan riangnya taman kanak-kanak, aEp melanjutkan pendidikan sekolah dasar di sebuah sekolah dasar yang dikhususkan bagi muslim, yaitu di sebuah MI {Madrasah Ibtidaiyah} yang beralamat di Sukarasa {berdampingan dengan TK Al-mustaqim}, Pasir Jambu, pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2005.

Pada saat mengenyam pendidikan MI, aEp adalah siswa yang berprestasi, terutama dalam bidang akademik. aEp dalam belajarnya selalu rajin dan konsisten pada niatnya menjadi seorang yang pintar. Di lain hal, aEp memiliki kekurangan dalam psyco motoric-nya. aEp kurang menyukai olah raga ataupun aktivitas lainnya yang bersifat fisik dan terlalu menguras keringat.

Setelah tamat pendidikan dasar, aEp melanjutkan pendidikannya dengan bersekolah di SMPN 1 Pasir Jambu, yang beralamat di jalan Stasiun Cisondari no 6 Pasir Jambu, pada tahun 2005-2007.

Pada usia 13 tahun, tepatnya ketika duduk di bangku kelas tujuh SMP, aEp mulai tertarik pada instrumen Gitar. Uniknya, minatnya itu tumbuh justru bukan karena hobi ataupun cita-citanya menjadi pemusik, melainkan saat itu di rumahnya ada Gitar teman kakaknya yang dititipkan. Kira-kira dua bulan lebih Gitar yang dititipkan itu tidak kunjung diambil pemiliknya. Nah, saat itulah aEp suka mencoba-coba untuk memainkan Gitar itu {meskipun belum terlalu bisa}.

Sejak saat itulah, aEp menjadi getol untuk main-main dengan Gitar itu. Setiap pulang sekolah aEp menjadi selalu ingat dengan asiknya bermain Gitar, sampai-sampai aEp membeli buku-buku panduan Gitar dan tanya-tanya soal musik pada gurunya di sekolah.

Karena tahu bahwa Gitar itu hanya akan sementara di rumahnya dan akan diambil lagi pemiliknya, aEp menjadi takut tidak bisa ngulik-ngulik lagi. Lalu aEp menabung untuk bisa punya Gitar sendiri meskipun bekas saat itu.
Setelah merasa cukup dengan uangnya, aEp membeli Gitar pertamanya dengan merek GENTA dengan harga 45000 rupiah. Gitar itu adalah Gitar bekas dari salah seorang teman kakaknya yang menawarkan.

Pengajaran musik yang pertama diterima aEp adalah dari kakaknya. Dimulai dari basic-nya, seperti kunci-kunci pada Gitar, tempo, Bass, Melodi, Rhytm, dan lainnya. Lalu selanjutnya otodidak adalah cara yang ditempuh aEp untuk mengasah kemampuan permainan Gitarnya. aEp merasa beruntung karena kakaknya juga seorang gitaris. Kakaknya juga suka dan hobi main Gitar sehingga kebutuhan akan perangkat pendukung lumayan terpenuhi dan bisa bertanya tentang Gitar.

Koleksi album musik sang kakak juga menjadi referensi penting aEp di masa awal pengenalannya pada Gitar. Waktu itu sedang musim-musimnya lagu Pas Band, jadi aEp dan kakaknya suka ngulik-ngulik lagunya Pas Band. Gara-gara suka dengerin lagunya Pas Band yang berdistorsi itu, aEp merasa tertarik. Berangkat dari hal tersebut, aEp mulai mengulik lagu-lagu lain yang ia sukai era itu.



PART 2 {Grown to Talent}

Saat menginjak kelas delapan sekolah menengah pertama, aEp berkenalan dengan Dicky Nuryana. Dicky adalah teman sekelas aEp pada waktu kelas delapan. Keduanya lantas sering menulis lagu bersama dan ngobrol-ngobrol tentang musik. Lantas, keduanya memutuskan untuk membentuk sebuah band.
Setelah Usep Wahyudin, Mulya Karirih, Nandang Suhendar, dan Aditya bergabung, mereka pun membentuk band bernama 'VULKANIK' dengan aliran Pop Rock. VULKANIK adalah nama yang diambil dari sebuah fenomena alam yang menggemparkan, yaitu terjadinya goncangan akibat meletusnya gunung api. Sejak saat itulah, aEp semakin rajin dengan kegiatan bermusik.

Beberapa bulan kemudian, waktu itu sekolah akan mengadakan PENSI {Pentas Seni} yang biasa dilaksanakan setiap tahunnya. Di dalam pensi itu biasa ditampilkan berbagai hasil kreatifitas siswa yang bagus dalam bidang kesenian, diantaranya, seni tari, teater/akting, kabaret, band, bernyanyi solo, dan berbagai makanan buatan siswa yang dijajakan di stand-stand setiap kelasnya.

Mengetahui hal tersebut, aEp dan kawan-kawan bersemangat untuk bisa tampil di Pensi itu. Selain VULKANIK band yang beranggotakan kelas delapan semua, ternyata ada grup lain dari kelas delapan yang berniat untuk dapat unjuk gigi juga. Adalah Rizky pada Vocal, Deni pada Gitar, Budi pada Bass, dan Eka sang frontman pada Drum dengan title band REVOLUTION.

Saat-saat menegangkan bagi aEp dan bandnya, karena secara tidak langsung aEp dan kawan-kawan akan merasakan rasanya bermusik di atas panggung untuk pertama kalinya. Pensi yang digelar SMPN 1 pasirjambu tersebut digelar di lapangan basket sekaligus lapangan utama SMPN 1 pasirjambu. Pensi itu mampu menggiring sekitar 1500 pasang mata. Mayoritas terdiri atas usia remaja belasan/siswa dan duapuluhan yang memadati pinggiran lapangan dan di depan-depan kelas.

Pukul 09.00 WIB, ketika pensi seharusnya sudah mulai, masih terlihat antrean panjang para pemuda luar di depan pintu masuk. Besarnya jumlah penonton tersebut cukup mencengangkan, mengingat aEp dan bandnya baru pertama untuk naik panggung.

Waktu tepat pukul 10.30 WIB, akhirnya penampilan band yang ditunggu-tunggu tersebut mulai bergemuruh. Saatnya para band pembuka dari kelas sembilan beraksi. Mereka tampil secara berurutan, Invanteri, Fighters, dan Four The Six. Tuntas Four The Six, akhirnya giliran band aEp dan kawan-kawan naik ke pentas. Mereka adalah enam pemuda beringas tapi 'lugu' yang terdiri atas Mulya pada Vocal 1, Aditya pada Vocal 2, Dicky pada Rhytm Gitar, Nandang pada Bass, aEp pada Gitar Melodi, dan Usep pada Drum.

Hysteria masa membahana tanpa henti. Entah karena masalah teknis atau apa, saat mulai, sound penampilan VULKANIK band terdengar buruk, sehingga kurang bisa dinikmati. Waktu itu aEp dan kawan-kawan membawakan 3 buah lagu, yaitu, mimpi yang sempurna {Peterpan}, ku tak bisa {Slank}, dan langit tak mendengar {Peterpan}. Tapi penonton di bagian depan area panggung seperti tidak peduli. Mereka tetap bisa slamdancing dan moshing.

Syukurlah, penampilan prima dari aEp {Gitar Melodi} dapat mengobati kuping para penonton yang sempat teriritasi tersebut dengan permainan Melodi Gitar lagu ku tak bisa {Slank} yang mulus.
Tuntas VULKANIK band, band yang beraliran Alternative Rock dari kelas delapan yang lainnya yaitu REVOLUTION band menyusul setelah aEp dan kawan-kawan. Rizky dan kawan-kawan membawakan dua lagu, yaitu I Just Wanna Life {Good Charlotte} dan sebuah lagu dari Green Day. Penampilan bandnya sangat maksimal dan kompak, {Secara mereka sama seperti VULKANIK,!? tetapi mereka digawangi Eka, sang Drumer yang memiliki studio musik sendiri, sehingga terfasilitasi segala kebutuhannya}.

Disinilah, aEp mulai merasa pede dan optimis dengan skill yang dimilikinya. Meski acara pensi telah selesai dan masih terlalu jauh untuk waktu Pensi berikutnya, aEp dan band-nya tetap semangat untuk terus latihan. aEp dan band-nya biasa latihan di sebuah studio yang sudah menjadi langganan mereka. Sebuah studio yang beralamat di Kampung Suraja, Kecamatan Cisondari dengan nama "PANDAWA RENTAL MUSIK DAN SOUND SYSTEM". Pada saat itu, tarif latihan perjamnya seharga duabelas ribu rupiah, dan selalu melakukan pembayarannya dengan cara iuran.



PART 3 {Start to Go}

Waktu tak terasa telah memandu perjalanan kecil aEp dan kawan-kawan di kelas delapan. Masa-masa itu kemudian ditinggalkannya untuk menyongsong saat yang berbeda di kelas sembilan.

Suatu hari terjadi percekcokan yang menjadikan grup yang dibuat oleh Usep dan kawan-kawan itu menjadi Arga Weedyannata tidak bersatu lagi. Setelah VULKANIK season 1 bubar, aEp dan Usep berniat untuk meneruskan hobinya itu. Lalu VULKANIK season 2 dibentuk pada 2006 dengan masuknya orang-orang baru, seperti, Arga Weedyannata yang memainkan instrumen Gitar Melodi, serta Asep Nendi untuk Vokalnya. Saat itu, ada pergantian posisi dari aEp yang memegang Gitar Melodi ke Bass. Sedangkan Arga menjadi Gitarisnya.

Dambaan hampir setiap musisi dalam berkarya adalah bisa menyalurkan ekspresi cita rasa seninya sebebas dan seluas mungkin. Tulisan ini mewakili kenyataan bahwa aEp dan Vulkanik season 2 mampu melakukan hal yang sebelumnya belum terjamah. Terdengar lebih berani, tapi juga lebih rumit. Mereka menerobos batas dengan mengkomposisikan segalanya.

Salah satu bentuk eksplorasi Arga dan kawan-kawan di band ini adalah dengan memasukan unsur-unsur musik dari berbagai musisi ternama yang kemudian diadopsi kedalam sebuah lagu. aEp bersama grup barunya itu hanya berawakkan empat personiel saja. Meski saat itu ada Mulya yang memegang peran sebagai Rythm, tetapi ia jarang latihan, tapi akhirnya Mulya tetap ikut juga. Saat berada di kelas delapan Mulya adalah anak biasa yang sering bergabung dengan aEp, namun pada saat kelas sembilan Mulya mulai mengenal dunia bebas bersama teman-teman di tempat tinggalnya, sehingga dia mulai menjadi agak jauh dari keseharian aEp dan bandnya.

Saat manggung untuk kedua kalinya aEp dan teman-teman tinggal beberapa hari lagi. Tak ubahnya ketika kelas delapan, latihan dan latihan terus digebernya untuk mendapatkan kerapihan dan kekompakan grupnya. Berbeda dengan saat latihan dulu, untuk sesi ini latihan difokuskan pada lagu-lagu yang akan dipakai untuk pentas saja. Lagu-lagu untuk saat itu menjadi agak lebih keras dan lebih bersemangat bila dibandingkan dengan latihan tempo dulu yang biasa dengan lagu-lagu yang lebih mengutamakan pada lirik dan irama yang mendayu-dayu.


PART 4 {The Best Performance Ever}

Pengalaman yang tak dapat dilupakan oleh semua personiel VULKANIK band. Pengalaman manggung yang tak terduga sebelumnya. Tidak disangka, kalau band yang dikelola dengan cukup matang itu menjadi bahan sorotan yang tak henti-hentinya. Memang hampir sama dengan ketika manggung pertama (kelas delapan), tetapi yang ini lebih "buas" dan lebih punya taste.
Dengan kurun waktu yang cukup lama (kurang-lebih satu tahun), band ini menjadi lebih bertenaga dengan seringnya latihan. Hal yang membuat sangat berkesan saat performance kelas Sembilan itu karena menampilkan lagu-lagu dengan tema yang berbeda. Sedikit kontemflatif, tapi juga dengan campuran rock progresif. Lagu Hysteria (Muse) menjadi bahan perhatian para audience seketika setelah aEp memulai dentuman tanda dimulainya mega performance dengan intro bass Hysteria. Sungguh ini adalah the best experience bagi semua anggota band dan juga semua angkatan saat itu.
Setelah singel milik Muse itu digeber, selanjutnya band itu membawakan lagi sebuah singel dari band lain, American idiot, Greenday. Dalam situasi yang meriah, rasa fobia akan panggung hilang seketika karena penampilan yang kompak. Semua personiel menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. >>> to be continued...!